MAKALAH KONSEP DASAR PNF
PENDIDIKAN NON FORMAL DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Oleh:
INDAH LARASATI
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT,
yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pendidikan Non Formal Dan Pengembangan Masyarakat”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Konsep Dasar PNF di Universitas Negeri Semarang.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada
Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Semarang, 02 Desember
2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini kita
hidup dalam masa perubahan sosial yang begitu cepat sebagai akibat globalisasi.
Salah satunya adalah pengembangan dalam masyarakat. Pengembangan masyarakat
merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat dihindari dan akan selalu terjadi
pada setiap lapisan masyarakat. Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya
pengaruh dari pengetahuan baru dan inovasi teknologi, perubahan lingkungan, dan
perubahan struktur kependudukan. Untuk itu, dibutuhkan suatu pemberdayaan dalam
masyarakat, agar masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik
dalam aktivitas pendidikan sehingga masyarakat mampu turut serta dalam proses
pembangunan dan masyarakat mampu memaksimalkan kemampuan untuk berswadaya.
Sedangkan peluang pendidikan
nonformal dalam menyentuh aspek-aspek pemberdayaan jauh lebih besar, karena
pendekatan pembelajaran dalam pendidikan nonformal adalah hubungan yang
bersifat individual dan berpusat pada peserta didik. Maka dari itu pendidikan
nonformal sangatlah penting agar potensi yang ada dapat digarap melalui
kemandirian dan prakarsa masyarakat sendiri. Pendidikan nonformal berfungsi
untuk mengembangkan wawasan, mengalihkan pengetahuan, melatihkan keterampilan
serta mengembangkan aspirasi belajar masyarakat.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa saja macam-macam teori perubahan ?
2.
Apa sumber-sumber perubahan masyarakat ?
3.
Bagaimana tujuan pengembangan masyarakat ?
4.
Bagaimana peran pendidikan non formal dalam pengembangan masyarakat ?
C. Tujuan
1.
Mengetahui macam-macam teori perubahan
2.
Mengetahui sumber-sumber perubahan masyarakat
3.
Mengetahui tujuan pengembangan masyarakat
4.
Mengetahui peran pendidikan non formal dalam pengembangan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Perubahan
Perubahan social merupakan
perubahan atas kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh orang-orang dalam
suatu masyarakat dan cara-cara mereka bertindak dan berperilaku. Dewasa ini
kita hidup dalam masa perubahan social yang begitu cepat sabagai akibat
globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta derasnya kemajuan
teknologi komunikasi. Untuk memahami berbagai jenis perubahan social, paling
tidak dapat dianalisis dari dua macam pendekatan yaitu : perubahan social
dilihat dari segi bentuk dan arah perubahan dan perubahan social didekati dari
sebab-sebab yang mendasarinya. Pendekatan pertama mendasarkan pada teori linier
dan siklikal, sedangkan pendekatan yang kedua mendasarkan pada teori structural
fungsional dan teori konflik. Selanjutnya akan dipaparkan karakteristik dari
masing-masing teori tersebut.
1.
Teori Linier
Teori ini memandang perubahan berjalan sesuai dengan aturan dan arahnya
dapat dikenali. Misalnya masyarakat dianggap telah berkembang dari bentuk yang
lebih sederhana menuju kepada bentuk yang lebih kompleks, dari bentuk makhluk
yang bersifat kolektif menuju kepada sifat individual. Teori ini memandang
bahwa perubahan masyarakat terjadi dalam garis lurus, seolah-olah perubahan itu
diarahkan oleh kekuatan yang mendasarinya.
Contoh dari teori ini adalah
penekatan evolusioner, teori perubahan social evolusioner didasarkan pada
keyakinan bahwa masyarakat itu berkembang dengan cara yang sama seperti halnya
yang dilakukan oleh system biologis di dunia alamiah. Dengan mengambil gagasan
Charles Darwin tentang seleksi alam bahwa tatanan social manusia mempunyai
kemampuan yang berbeda untuk survive, seperti halnya yang dimiliki oleh hewan
ataupun tanaman.
2.
Teori Siklikal
Teori ini menolak asumsi teori linier yang menyatakan bahwa perubahan
terjadi secara seragam dan arahnya dapat dikenali. Penganut teori ini memandang
bahwa perubahan masyarakat pertama kali terjadi dalam satu arah, selanjutnya
pada arah yang lain, pola perubahan terajdi seperti pertumbuhan biologis, yaitu
suatu periode perkembangan yang diikuti dengan kematangan, penurunan potensi,
dan pada akhirnya mati.
3.
Teori Struktur Fungsional
Teori ini dikembangkan oleh Talcott Persons dia memandang masyarakat
sebagai suatu system di mana komponen-komponennya terpadu secara luas dan
diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai anggotanya. Pandangan Persons tentang
sifat system social memberikan penekanan pada stabilitasnya. Dinyatakan lebih
lanjut bahwa masyarakat secara alamiah cenderung mencapai keadaan yang
seimbang, sehingga jika terjadi perubahan masyarakat akan berusaha mengaakan
penyesuaian. Apabila perubahan dihasilkan dari perilaku yang diterima secara
social, structural fungsional menggambarkan respon system itu sebagai adaptasi.
Apabila konflik cenderung mengubah system, maka respon itu disebut sebagai
upaya menekan ketegangan atau tekanan.
4.
Teori Konflik
Berbeda dengan teori structural fungsional, teori konflik memandang bahwa
konflik merupakan kejadian yang normal di dalam system social, tatanan social,
ketegangan dan perubahan di dalam system social itu merupakan hasil dari
perjuangan antar anggota masyarakat karena mereka bersaing untuk
menilai sumberdaya. Apabila individu atau kelompok terjadi konflik dengan yang
lainnya, hanya ada dua kemungkinan hasilnya, yaitu di satu pihak salah atau
mengalahkan yang lain dan memperoleh posisi dominan, dan di pihak lain keduanya
memperoleh keseimbangan perkembangan kekuatan. Para teoritisi konflik memiliki
tugas yang lebih ringan dalam menjelaskan perubahan social karena mereka dapat
memberikan contoh kekuatan yang sama sehingga menciptakan stabilitas social.
B.
Sumber-Sumber Perubahan
Sejumlah sumber-sumber
perubahan masyarakat yang dapat dikendalikan adalah :
1.
Pengetahuan baru dan inovasi teknologi
Sejak awal revolusi industry, dunia telah dianda pengetahuan baru dan
inovasi secara besar-besaran. Sangat tidak mungkin menelusuri semua dampak
perubahan tertentu yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi
teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi saling berkaitan,
ilmu pengetahuan dapat mengarahkan perkembangan atau inovasi teknologi baru,
dan pada gilirannya.
2.
Perubahan lingkungan
Peristiwa-peristiwa alam ditengarahi dapat menjadi penyebab perubahan
social di dalam masyarakat. Perubahan suhu dan cuaca, misalnya akan berpengaruh
terhadap aktivitas pertanian dan selanjutnya akan menyebabkan dampak
selanjutnya berupa ketersediaan makanan. Perubahan cuaca juga dapat
mengakibatkan meningkat atau menurunnya kesehatan masyarakat, menambah waktu
yang tersedia bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dan penghasilan.
3.
Perubahan struktur kependudukan
Pertumbuhan, penurunan, dan migrasi penduduk juga menyebabkan perubahan
social. Meledaknya jumlah penduduk di Indonesia setelah masa kemerdekaan dan
dalam dasa warsa terakhir ini. Misanya telah menyebabkan melesatnya kebutuhan
akan sandang pangan, perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dll.
Bagi penduduk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut akan mengalami
masalah misalnya kelaparan, hidup di rumah yang tidak sehat bahkan tidak
sedikit yang terpaksa hidup menggelandang di kota-kota, dan tidak jarang juga
terjadi eksploitasi seksual diantara mereka. Semua peristiwa atau fenomena
kehidupan itu pada akhirnya menjadi sumber-sumber perubahan social baik dalam
skala makro maupun dalam skala mikro.
C.
Tujuan Pengembangan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat bertujuan
untuk meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup
yang lebih baik lagi bagi seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan
swadaya. Memberdayakan masyarakat bertujuan “mendidik masyarakat agar mampu
mendidik diri mereka sendiri” atau “membantu masyarakat agar mampu membantu
diri mereka sendiri. United Nations dalam Mengatas Tampubolon (2003)
mengemukakan proses-proses pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:
1.
Getting to know the local community
Mengetahui karakteristik masyarakat setempat yang akan diberdayakan,
termasuk perbedaan karakteristik yang membedakan masyarakat desa yang satu
dengan yang lainnya. Mengetahui artinya untuk memberdayakan masyarakat
diperlukan hubungan timbale balik antara petugas dengan masyarakat.
2.
Gathering knowledge about the local community
Mengumpukan pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai masyarakat
setempat. Pengetahuan tersebut merupakan informasi factual tentang distribusi
penduduk menurut umur, sex, pekerjaan, tingkat pendidikan, status social
ekonomi, termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan costum, jenis
pengelompokan, serta factor kepemimpinan baik formal maupun informal.
3.
Identifying the local leaders
Segala usaha pemberdayaan masyarakat akan sia-sia apabila tidak memperoleh
dukungan dari pimpinan/tokoh-tokoh masyarakat setempat. Untuk itu, factor “ the
local leaders “ harus selalu diperhitungkan karena mereka mempunyai pengaruh
yang kuat di dalam masyarakat.
4.
Stimulating the community to realize that it has problem
Di dalam masyarakat yang terikat terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak
sadar mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan.
Karena itu, masyarakat perlu pendekatan, dan kebutuhan yang perlu dipenuhi.
5.
Helping people to discuss their problem
Memberdayakan masyarakat bermakna merangsang masyarakat untuk mendiskusikan
masalahnya serta merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan.
6.
Helping people to identify their most pressing problem
Masyarakat perlu diberdayakan agar mampu mengidentifikasikan permasalahan
yang paling menekan. Dan masalah yang paling menekan inilah yang harus
diutamakan pemecahannya.
7.
Fostering self-confidence
Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah membangun rasa percaya diri
masyarakat. Rasa percaya diri merupakanmodal utama masyarakat unutk berswadaya.
8.
Deciding on a program action
Masyarakat perlu diberdayakan untuk menerapkan suatu program yang akan
dilakukan. Program action tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritasnya.
9.
Recognition of strengths and resources
Memberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti bahwa
mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber yang dapat dimobilitasi
untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi kebtuhannya.
10. Helping people to continue to
work on solving their problem
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan. Karena
itu, masyarakat perlu diberdayakan agar mampu bekerja memcahkan masalahnya
secara kontinyu.
11. Increasing people ability for
self-help
Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian
masyarakat. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong
diri sendiri. Untuk itu, perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk
berswadaya.
Ciri khas dalam suatu kediatan swadaya adalah adanya sumbangan dalam jumlah
besar yang diambil dati sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat baik yang
dimiliki individu maupun kelommpok idalam masyarakat. Membangun masyarakat dari
wacana berfikir yang statis tradisional menjadi dinamis rasional adalah
aktivitas pendidikan. Bahkan keseluruhan proses kegiatan pembangunan masyarakat
desa/kota “rural and urban community.
D.
Peran Pendidikan Non Formal Dalam Pengembangan Masyarakat
Prinsip pengembangan
masyarakat bercorak “human dignity”, pengembangan martabat, potensi, dan energy
manusia, “empowering process”, memberdayakan prorangan maupun kelompok,
partisipatoris, dan adil. Filosofi pengembangan masyarakat di antaranya adalah
: menolong dirinya sendiri, senantiasa mencari dan menemukan pemecahan masalah
secara bersama-sama, ada pendapingan secara teknis maupun praktis, demokratis,
dan menyuburkan kepemimpinan local yang tangguh dan di percaya.
Pemberdayaan sekurangnya
meliputi aspek-aspek fisik, intelektual, ekonomi, politik, cultural. Artinya,
pemberdayaan itu mencakup pengembangan kemanjusiaan secara total. Aspek
keadilan mencakup : (a) punya kesamaan hak dalam memperoleh pelayanan social,
(b) menyangkut hak-hak dasar, (c) berkembang dalam kesamaan, (d) menguntungkan,
(e) berkenaan hasrat atau kebutuhan individual untuk andil bagi kepentingan
bersama, (f) optimal memanfaatkan secara wajar apa yang telah tercipta di dunia
ini, (g) lebih bercorak moral ketimbang hokum, (h), erat berkaitan dengan
kebutuhan manusiawi khususnya.
Masalahnya adalah kondisi
sumberdaya manusia yang ada di masyarakat itu sendiri yang masih belum mampu
mendayakan potensi yang ada, sehingga di perlukan sentuhan dari luar yang apat
memotivasi dan memacu masyarakat, di sinilah peran pendidikan nonformal sangat
di perlukan.
Persoalan mempersiapkan
sumberdaya manusia yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja abad
21 adalah persoalan pendidikan, termasuk melalui pendidikan non formal, oleh
karena itu, tanggung jawab bidang pendidikan merupakan fungsi yang sangat
strategis sebagai upaya dasar dan merupakan titik sentral dalam upaya
pengembangan sumberdaya manusia (Soedomo, 1990:3) Menurut Coombs, PNF telah
menjalankan fungsi mngembangkan wawasan, mengalihkan pengetahuan, melatih
keterampilan, serta mengembangkan aspirasi belajar masyarakat.
Harbison (1973), PNF
menjalankan berbagai fungsi: 1) untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi mereka
yang telah mempunyai pekerjaan, 2) untuk mempersiapkan angkatan kerja terutama
para generasi muda yangakan memasuki lapangan kerja, dan 3) untuk memperluas
dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tentang dunia kerja. Axin
(1976), mengungkapkan, tergantung pada kesadaran kesengajaan dalam proses
pembelajaran. Kegiatan dalam PNF tidak hanya terbatas alam kegiatan tertentu
saja, namun bisa terkait dengan berbagai program, yaitu development (Boyle,
1981) Fenomena pendidikan tersebut, baik sebagai proses, sebagai kesadaran
tujuan, maupun sebagai program kegiatan telah lama ada dan terjadi dan terjadi
dalam khasanah kehidupan kita. Keberadaan PNF telah membantu memecahkan masalah
yang di hadapi seseorang, kelompok, maupun kelembagaan. Bahkan ada masyarakat
kita yang tidak puas dengan pendidikan formal beralih ke PNF. Telah banyak yang
memecahkan masalah karena latar belakang PNF. Kenyataan tersebut perlu di akui
bahwa PNF cukup teruji kehebatannya dan cukup adaptif untuk memecahkan masalah.
Peran Pendidikan Non Formal Dalam Pengembangan Swadaya
Dan Kemandirian Masyarakat
Istilah “pengembangan”
mengandung makna yang sangat luas dari pada rancangan suatu program. Abdul
Gafur (1982) mengemukakan konsep “pengembangan” sebagai membuat umbuh secarfa
teratur untuk menjadikan sustu yang lebih besar, lebih baik, lebig efektif, dan
sebagainga.
Peran PNF dalam proses pemberdayaan
(Kindervatter, 1979) secara minimal Pertama, kebudayaan edukatif yang meliputi
kategori kualitas: melek huruf, melek pendidikan dasar, memiliki keterampilan,
pengetahuan, kreatif, inovatif, dan sebagainya. Kedua, keberdayaan ekonomi,
yaitu mampu memahami dan mengendalikan factor-faktor ekonomi yang mempengaruhi
kehidupannya, sehingga dapat berpartisipasi secara produktf dan efisien dalam
pembangunan, serta memperoleh hasil dari pembangunan Ketiga, keberdayaan
politik, mampu memahami fenomena dan kebijakan politik yang mempengaruhi
kehidupan pribadi dan sosialnya, sehingga dapat melaksanakan kewajiban dan
mendapatkan haknya sebagai warga Negara secara maksimal. Keempat, keberdayaan
hokum, memahami dan mengendalikan regulasi social, aturan yang mempengaruhi
kehidupannya, sehingga mendapatkan perlakuan dan perlindungan hokum secara
adil. Tahap kegiatan yang perlu di lakuakn melalui PNF dalam meberdayakam
masyarakat a) menetapkan kebutuhan riil yang secara nyata di anggap memerlukan
adanya pemenuhan yang sangat mendesak, struktur ekonomi masyarakat, pendidikan,
jenis pekerjaan, waktu senggang dan kondisi potensi lingkungan fisik;
b)menetapkan priortas kebutuhan; c) perumusan tujuan; d) penetapan alternative
pemecahan masalah; e) pelaksanaan kegiatan.
Dalam pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat, perlu memperhatikan aspek-aspek yang menjadi penentu keberhasilan
program pemberdyaan masyarakat. Menurut Umberto Sihombing (2001), komponen
dalam program pemberdayaan masyarakat berpatokan pada 10 program PNF :
1)
Peserta didik/warga belajar
2)
Sumber belajar
3)
Pamong belajar
4)
Sarana belajar
5)
Tempat belajar
6)
Dana belajar
7)
Ragi belajar
8)
Kelompok belajar
9)
Program belajar
10) Hasil belajar
Beberapa hal penting yang
bermanfaat untuk menunjang proses pemberdayaan masyarakat kearah prakarsa dan
kemandirian, yaitu :
1.
Pemberdayaan pada pelaksana operasional
·
Desentralisasi dan delegasi sesuai kemampuan
·
Merangsang tingkat kompetensi maksimal dalam menunjang kegiatan
·
Menjadi mitra pimpinan dalam memecahkan berbagai persoalan
·
Membentuk tim kerja yang mandiri
2.
Pemberdayaan pada pimpinan
·
Pimpinan berperan sebagai Pembina, fsilitator dan penasehat
·
Memasyarakatkan visi, inovasi, kerjasama tim dan mental positif
·
Menciptakan dan memberikan kesempatan berkembang bagi semua pihak
·
Memahami kegiatan secara teknis maupun manajerial
3.
Pemberayaan pada masyarakat
·
Melibatkan dalam kegiatan sebagai bagian dalam program secara keseluruhan
·
Memberikan kesempatan unutk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
·
Berorientasi pada perbaikan pelayanan dan produk yang dihasilkan
·
Memberikan pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat
4.
Pemerdayaan pada kemitraan
·
Memaksimalkan perolehan berbagai pihak yang terlibat
·
Pengalokasian resiko yang proposional
·
Memanfaatkan kelebihan masing-masing secara sinergis
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filosofi pengembangan
masyarakat diantaranya adalah menolong diri sendiri, senantiasa
mencari dan menemukan pemecahan permasalahan secara bersama-sama, ada
pendampingan secara teknis maupun praktis, demokratis, dan menyuburkan
munculnya kepemimpinan local yang tangguh dan dipercaya. Pemberdayaan meliputi
aspek-aspek fisik, intelektual, ekonomi, politik, dan kultural. Pendidikan non
formal menyentuh aspek-aspek pemberdayaan jauh lebih besar, karena pendekatan
pemelajaran dalam pendidikan non formal sehingga hubungan yang bersifat
individual dan berpusat pada peserta didik. Masalahnya adalah kondisi
sumberdaya manuasia yang ada di masyarakat belum mampu mendayakan potensi yang ada, sehingga
diperlukan sentuhan dari luar yang dapat memotivasi dan memacu masyarakat,
disinilah peran pendidikan non formal.
Saran
Kita
harus mampu mendayakan kondisi sumberdaya manuasia yang ada di masyarakat, sehingga diperlukan sentuhan
dari luar yang dapat memotivasi dan memacu masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Sutarto, Joko. 2007. Pendidikan Non Formal. Semarang : Universitas negeri semarang
Press.
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan bijak kawan :)