Friday, 8 January 2016

MAKALAH PENDIDIKAN NON FORMAL DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


MAKALAH KONSEP DASAR PNF
PENDIDIKAN NON FORMAL DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT



 


Oleh:
INDAH LARASATI


PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Pendidikan Non Formal Dan Pengembangan Masyarakat. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Konsep Dasar PNF di Universitas Negeri Semarang.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.



Semarang, 02 Desember 2015

Penyusun












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini kita hidup dalam masa perubahan sosial yang begitu cepat sebagai akibat globalisasi. Salah satunya adalah pengembangan dalam masyarakat. Pengembangan masyarakat merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat dihindari dan akan selalu terjadi pada setiap lapisan masyarakat. Perubahan tersebut dapat terjadi karena adanya pengaruh dari pengetahuan baru dan inovasi teknologi, perubahan lingkungan, dan perubahan struktur kependudukan. Untuk itu, dibutuhkan suatu pemberdayaan dalam masyarakat, agar masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik dalam aktivitas pendidikan sehingga masyarakat mampu turut serta dalam proses pembangunan dan masyarakat mampu memaksimalkan kemampuan untuk berswadaya.
Sedangkan peluang pendidikan nonformal dalam menyentuh aspek-aspek pemberdayaan jauh lebih besar, karena pendekatan pembelajaran dalam pendidikan nonformal adalah hubungan yang bersifat individual dan berpusat pada peserta didik. Maka dari itu pendidikan nonformal sangatlah penting agar potensi yang ada dapat digarap melalui kemandirian dan prakarsa masyarakat sendiri. Pendidikan nonformal berfungsi untuk mengembangkan wawasan, mengalihkan pengetahuan, melatihkan keterampilan serta mengembangkan aspirasi belajar masyarakat.


B.   Rumusan Masalah
1.      Apa saja macam-macam teori perubahan ?
2.      Apa sumber-sumber perubahan masyarakat ?
3.      Bagaimana tujuan pengembangan masyarakat ?
4.      Bagaimana peran pendidikan non formal dalam pengembangan masyarakat ?

C.  Tujuan
1.      Mengetahui macam-macam teori perubahan
2.      Mengetahui sumber-sumber perubahan masyarakat
3.      Mengetahui tujuan pengembangan masyarakat
4.      Mengetahui peran pendidikan non formal dalam pengembangan masyarakat










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Perubahan

Perubahan social merupakan perubahan atas kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh orang-orang dalam suatu masyarakat dan cara-cara mereka bertindak dan berperilaku. Dewasa ini kita hidup dalam masa perubahan social yang begitu cepat sabagai akibat globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta derasnya kemajuan teknologi komunikasi. Untuk memahami berbagai jenis perubahan social, paling tidak dapat dianalisis dari dua macam pendekatan yaitu : perubahan social dilihat dari segi bentuk dan arah perubahan dan perubahan social didekati dari sebab-sebab yang mendasarinya. Pendekatan pertama mendasarkan pada teori linier dan siklikal, sedangkan pendekatan yang kedua mendasarkan pada teori structural fungsional dan teori konflik. Selanjutnya akan dipaparkan karakteristik dari masing-masing teori tersebut.

1.      Teori Linier
Teori ini memandang perubahan berjalan sesuai dengan aturan dan arahnya dapat dikenali. Misalnya masyarakat dianggap telah berkembang dari bentuk yang lebih sederhana menuju kepada bentuk yang lebih kompleks, dari bentuk makhluk yang bersifat kolektif menuju kepada sifat individual. Teori ini memandang bahwa perubahan masyarakat terjadi dalam garis lurus, seolah-olah perubahan itu diarahkan oleh kekuatan yang mendasarinya.
Contoh dari teori ini adalah penekatan evolusioner, teori perubahan social evolusioner didasarkan pada keyakinan bahwa masyarakat itu berkembang dengan cara yang sama seperti halnya yang dilakukan oleh system biologis di dunia alamiah. Dengan mengambil gagasan Charles Darwin tentang seleksi alam bahwa tatanan social manusia mempunyai kemampuan yang berbeda untuk survive, seperti halnya yang dimiliki oleh hewan ataupun tanaman.
2.      Teori Siklikal
Teori ini menolak asumsi teori linier yang menyatakan bahwa perubahan terjadi secara seragam dan arahnya dapat dikenali. Penganut teori ini memandang bahwa perubahan masyarakat pertama kali terjadi dalam satu arah, selanjutnya pada arah yang lain, pola perubahan terajdi seperti pertumbuhan biologis, yaitu suatu periode perkembangan yang diikuti dengan kematangan, penurunan potensi, dan pada akhirnya mati.
3.      Teori Struktur Fungsional
Teori ini dikembangkan oleh Talcott Persons dia memandang masyarakat sebagai suatu system di mana komponen-komponennya terpadu secara luas dan diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai anggotanya. Pandangan Persons tentang sifat system social memberikan penekanan pada stabilitasnya. Dinyatakan lebih lanjut bahwa masyarakat secara alamiah cenderung mencapai keadaan yang seimbang, sehingga jika terjadi perubahan masyarakat akan berusaha mengaakan penyesuaian. Apabila perubahan dihasilkan dari perilaku yang diterima secara social, structural fungsional menggambarkan respon system itu sebagai adaptasi. Apabila konflik cenderung mengubah system, maka respon itu disebut sebagai upaya menekan ketegangan atau tekanan.
4.      Teori Konflik
Berbeda dengan teori structural fungsional, teori konflik memandang bahwa konflik merupakan kejadian yang normal di dalam system social, tatanan social, ketegangan dan perubahan di dalam system social itu merupakan hasil dari perjuangan antar anggota masyarakat karena mereka bersaing  untuk menilai sumberdaya. Apabila individu atau kelompok terjadi konflik dengan yang lainnya, hanya ada dua kemungkinan hasilnya, yaitu di satu pihak salah atau mengalahkan yang lain dan memperoleh posisi dominan, dan di pihak lain keduanya memperoleh keseimbangan perkembangan kekuatan. Para teoritisi konflik memiliki tugas yang lebih ringan dalam menjelaskan perubahan social karena mereka dapat memberikan contoh kekuatan yang sama sehingga menciptakan stabilitas social.

B.     Sumber-Sumber Perubahan
Sejumlah sumber-sumber perubahan masyarakat yang dapat dikendalikan adalah :
1.      Pengetahuan baru dan inovasi teknologi
Sejak awal revolusi industry, dunia telah dianda pengetahuan baru dan inovasi secara besar-besaran. Sangat tidak mungkin menelusuri semua dampak perubahan tertentu yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi saling berkaitan, ilmu pengetahuan dapat mengarahkan perkembangan atau inovasi teknologi baru, dan pada gilirannya.
2.      Perubahan lingkungan
Peristiwa-peristiwa alam ditengarahi dapat menjadi penyebab perubahan social di dalam masyarakat. Perubahan suhu dan cuaca, misalnya akan berpengaruh terhadap aktivitas pertanian dan selanjutnya akan menyebabkan  dampak selanjutnya berupa ketersediaan makanan. Perubahan cuaca juga dapat mengakibatkan meningkat atau menurunnya kesehatan masyarakat, menambah waktu yang tersedia bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan penghasilan.
3.      Perubahan struktur kependudukan
Pertumbuhan, penurunan, dan migrasi penduduk juga menyebabkan perubahan social. Meledaknya jumlah penduduk di Indonesia setelah masa kemerdekaan dan dalam dasa warsa terakhir ini. Misanya telah menyebabkan melesatnya kebutuhan akan sandang pangan, perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dll. Bagi penduduk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut akan mengalami masalah misalnya kelaparan, hidup di rumah yang tidak sehat bahkan tidak sedikit yang terpaksa hidup menggelandang di kota-kota, dan tidak jarang juga terjadi eksploitasi seksual diantara mereka. Semua peristiwa atau fenomena kehidupan itu pada akhirnya menjadi sumber-sumber perubahan social baik dalam skala makro maupun dalam skala mikro. 

C.     Tujuan Pengembangan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik lagi bagi seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya. Memberdayakan masyarakat bertujuan “mendidik masyarakat agar mampu mendidik diri mereka sendiri” atau “membantu masyarakat agar mampu membantu diri mereka sendiri. United Nations dalam Mengatas Tampubolon (2003) mengemukakan proses-proses pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:
1.      Getting to know the local community
Mengetahui karakteristik masyarakat setempat yang akan diberdayakan, termasuk perbedaan karakteristik yang membedakan masyarakat desa yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui artinya untuk memberdayakan masyarakat diperlukan hubungan timbale balik antara petugas dengan masyarakat.
2.      Gathering knowledge about the local community
Mengumpukan pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat. Pengetahuan tersebut merupakan informasi factual tentang distribusi penduduk menurut umur, sex, pekerjaan, tingkat pendidikan, status social ekonomi, termasuk pengetahuan tentang nilai, sikap, ritual dan costum, jenis pengelompokan, serta factor kepemimpinan baik formal maupun informal.
3.      Identifying the local leaders
Segala usaha pemberdayaan masyarakat akan sia-sia apabila tidak memperoleh dukungan dari pimpinan/tokoh-tokoh masyarakat setempat. Untuk itu, factor “ the local leaders “ harus selalu diperhitungkan karena mereka mempunyai pengaruh yang kuat di dalam masyarakat.
4.       Stimulating the community to realize that it has problem
Di dalam masyarakat yang terikat terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu, masyarakat perlu pendekatan, dan kebutuhan yang perlu dipenuhi.
5.      Helping people to discuss their problem
Memberdayakan masyarakat bermakna merangsang masyarakat untuk mendiskusikan masalahnya serta merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan.
6.      Helping people to identify their most pressing problem
Masyarakat perlu diberdayakan agar mampu mengidentifikasikan permasalahan yang paling menekan. Dan masalah yang paling menekan inilah yang harus diutamakan pemecahannya.
7.      Fostering self-confidence
Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah membangun rasa percaya diri masyarakat. Rasa percaya diri merupakanmodal utama masyarakat unutk berswadaya.
8.      Deciding on a program action
Masyarakat perlu diberdayakan untuk menerapkan suatu program yang akan dilakukan. Program action tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritasnya.
9.      Recognition of strengths and resources
Memberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber yang dapat dimobilitasi untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi kebtuhannya.
10.  Helping people to continue to work on solving their problem
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan. Karena itu, masyarakat perlu diberdayakan agar mampu bekerja memcahkan masalahnya secara kontinyu.

11.  Increasing people ability for self-help
Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang sudah mampu menolong diri sendiri. Untuk itu, perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berswadaya.
Ciri khas dalam suatu kediatan swadaya adalah adanya sumbangan dalam jumlah besar yang diambil dati sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat baik yang dimiliki individu maupun kelommpok idalam masyarakat. Membangun masyarakat dari wacana berfikir yang statis tradisional menjadi dinamis rasional adalah aktivitas pendidikan. Bahkan keseluruhan proses kegiatan pembangunan masyarakat desa/kota “rural and urban community.

D.    Peran Pendidikan Non Formal Dalam Pengembangan Masyarakat
Prinsip pengembangan masyarakat bercorak “human dignity”, pengembangan martabat, potensi, dan energy manusia, “empowering process”, memberdayakan prorangan maupun kelompok, partisipatoris, dan adil. Filosofi pengembangan masyarakat di antaranya adalah : menolong dirinya sendiri, senantiasa mencari dan menemukan pemecahan masalah secara bersama-sama, ada pendapingan secara teknis maupun praktis, demokratis, dan menyuburkan kepemimpinan local yang tangguh dan di percaya.
 Pemberdayaan sekurangnya meliputi aspek-aspek fisik, intelektual, ekonomi, politik, cultural. Artinya, pemberdayaan itu mencakup pengembangan kemanjusiaan secara total. Aspek keadilan mencakup : (a) punya kesamaan hak dalam memperoleh pelayanan social, (b) menyangkut hak-hak dasar, (c) berkembang dalam kesamaan, (d) menguntungkan, (e) berkenaan hasrat atau kebutuhan individual untuk andil bagi kepentingan bersama, (f) optimal memanfaatkan secara wajar apa yang telah tercipta di dunia ini, (g) lebih bercorak moral ketimbang hokum, (h), erat berkaitan dengan kebutuhan manusiawi khususnya.
Masalahnya adalah kondisi sumberdaya manusia yang ada di masyarakat itu sendiri yang masih belum mampu mendayakan potensi yang ada, sehingga di perlukan sentuhan dari luar yang apat memotivasi dan memacu masyarakat, di sinilah peran pendidikan nonformal sangat di perlukan.
Persoalan mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja abad 21 adalah persoalan pendidikan, termasuk melalui pendidikan non formal, oleh karena itu, tanggung jawab bidang pendidikan merupakan fungsi yang sangat strategis sebagai upaya dasar dan merupakan titik sentral dalam upaya pengembangan sumberdaya manusia (Soedomo, 1990:3) Menurut Coombs, PNF telah menjalankan fungsi mngembangkan wawasan, mengalihkan pengetahuan, melatih keterampilan, serta mengembangkan aspirasi belajar masyarakat.
Harbison (1973), PNF menjalankan berbagai fungsi: 1) untuk meningkatkan kemampuan kerja bagi mereka yang telah mempunyai pekerjaan, 2) untuk mempersiapkan angkatan kerja terutama para generasi muda yangakan memasuki lapangan kerja, dan 3) untuk memperluas dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tentang dunia kerja. Axin (1976), mengungkapkan, tergantung pada kesadaran kesengajaan dalam proses pembelajaran. Kegiatan dalam PNF tidak hanya terbatas alam kegiatan tertentu saja, namun bisa terkait dengan berbagai program, yaitu development (Boyle, 1981) Fenomena pendidikan tersebut, baik sebagai proses, sebagai kesadaran tujuan, maupun sebagai program kegiatan telah lama ada dan terjadi dan terjadi dalam khasanah kehidupan kita. Keberadaan PNF telah membantu memecahkan masalah yang di hadapi seseorang, kelompok, maupun kelembagaan. Bahkan ada masyarakat kita yang tidak puas dengan pendidikan formal beralih ke PNF. Telah banyak yang memecahkan masalah karena latar belakang PNF. Kenyataan tersebut perlu di akui bahwa PNF cukup teruji kehebatannya dan cukup adaptif untuk memecahkan masalah.

Peran Pendidikan Non Formal Dalam Pengembangan Swadaya Dan Kemandirian Masyarakat
Istilah “pengembangan” mengandung makna yang sangat luas dari pada rancangan suatu program. Abdul Gafur (1982) mengemukakan konsep “pengembangan” sebagai membuat umbuh secarfa teratur untuk menjadikan sustu yang lebih besar, lebih baik, lebig efektif, dan sebagainga.
Peran PNF dalam proses pemberdayaan (Kindervatter, 1979) secara minimal Pertama, kebudayaan edukatif yang meliputi kategori kualitas: melek huruf, melek pendidikan dasar, memiliki keterampilan, pengetahuan, kreatif, inovatif, dan sebagainya. Kedua, keberdayaan ekonomi, yaitu mampu memahami dan mengendalikan factor-faktor ekonomi yang mempengaruhi kehidupannya, sehingga dapat berpartisipasi secara produktf dan efisien dalam pembangunan, serta memperoleh hasil dari pembangunan Ketiga, keberdayaan politik, mampu memahami fenomena dan kebijakan politik yang mempengaruhi kehidupan pribadi dan sosialnya, sehingga dapat melaksanakan kewajiban dan mendapatkan haknya sebagai warga Negara secara maksimal. Keempat, keberdayaan hokum, memahami dan mengendalikan regulasi social, aturan yang mempengaruhi kehidupannya, sehingga mendapatkan perlakuan dan perlindungan hokum secara adil. Tahap kegiatan yang perlu di lakuakn melalui PNF dalam meberdayakam masyarakat a) menetapkan kebutuhan riil yang secara nyata di anggap memerlukan adanya pemenuhan yang sangat mendesak, struktur ekonomi masyarakat, pendidikan, jenis pekerjaan, waktu senggang dan kondisi potensi lingkungan fisik; b)menetapkan priortas kebutuhan; c) perumusan tujuan; d) penetapan alternative pemecahan masalah; e) pelaksanaan kegiatan.
      Dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, perlu memperhatikan aspek-aspek yang menjadi penentu keberhasilan program pemberdyaan masyarakat. Menurut Umberto Sihombing (2001), komponen dalam program pemberdayaan masyarakat berpatokan pada 10 program PNF :
1)      Peserta didik/warga belajar
2)      Sumber belajar
3)      Pamong belajar
4)      Sarana belajar
5)      Tempat belajar
6)      Dana belajar
7)      Ragi belajar
8)      Kelompok belajar
9)      Program belajar
10)  Hasil belajar

Beberapa hal penting yang bermanfaat untuk menunjang proses pemberdayaan masyarakat kearah prakarsa dan kemandirian, yaitu :
1.      Pemberdayaan pada pelaksana operasional
·         Desentralisasi dan delegasi sesuai kemampuan
·         Merangsang tingkat kompetensi maksimal dalam menunjang kegiatan
·         Menjadi mitra pimpinan dalam memecahkan berbagai persoalan
·         Membentuk tim kerja yang mandiri
2.      Pemberdayaan pada pimpinan
·         Pimpinan berperan sebagai Pembina, fsilitator dan penasehat
·         Memasyarakatkan visi, inovasi, kerjasama tim dan mental positif
·         Menciptakan dan memberikan kesempatan berkembang bagi semua pihak
·         Memahami kegiatan secara teknis maupun manajerial
3.      Pemberayaan pada masyarakat
·         Melibatkan dalam kegiatan sebagai bagian dalam program secara keseluruhan
·         Memberikan kesempatan unutk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
·         Berorientasi pada perbaikan pelayanan dan produk yang dihasilkan
·         Memberikan pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat
4.      Pemerdayaan pada kemitraan
·         Memaksimalkan perolehan berbagai pihak yang terlibat
·         Pengalokasian resiko yang proposional
·         Memanfaatkan kelebihan masing-masing secara sinergis






BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

Filosofi pengembangan masyarakat diantaranya adalah  menolong diri sendiri, senantiasa mencari dan menemukan pemecahan permasalahan secara bersama-sama, ada pendampingan secara teknis maupun praktis, demokratis, dan menyuburkan munculnya kepemimpinan local yang tangguh dan dipercaya. Pemberdayaan meliputi aspek-aspek fisik, intelektual, ekonomi, politik, dan kultural. Pendidikan non formal menyentuh aspek-aspek pemberdayaan jauh lebih besar, karena pendekatan pemelajaran dalam pendidikan non formal sehingga hubungan yang bersifat individual dan berpusat pada peserta didik. Masalahnya adalah  kondisi sumberdaya manuasia yang ada di masyarakat belum mampu mendayakan potensi yang ada, sehingga diperlukan sentuhan dari luar yang dapat memotivasi dan memacu masyarakat, disinilah peran pendidikan non formal. 

Saran
Kita harus mampu mendayakan  kondisi sumberdaya manuasia yang ada di masyarakat, sehingga diperlukan sentuhan dari luar yang dapat memotivasi dan memacu masyarakat.












DAFTAR PUSTAKA
Sutarto, Joko. 2007. Pendidikan Non Formal. Semarang : Universitas negeri semarang Press.


No comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan bijak kawan :)